Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada cahaya
iman, Dien yang lurus yaitu agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad SAW.
Dan yang telah meneguhkan hati para hambanya yang teguh dalam memegang aqidah
yang lurus. Shalawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah Muhammad
SAW, Nabi yang terakhir, juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta
kaum Muslimin/muslimat yang teguh mengikuti ajaran dan aqidahnya sampai akhir
jaman, amin.
Berkembangnya gerakan (harakah) aliran-aliran sempelan di Indonesia yang telah tersebar luas
di penjuru tanah air, sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya
telah dapat mengubah gaya
dan cara hidup (way of life) bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan
pintar sehingga tidak semua orang dapat mengetahui, terlebih memahami bahwa
pemahamannya bertentangan dengan pemahaman para ulama generasi salaf, yang
merupakan generasi sebaik-baik ummat. Hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah
Allah SWT, kita dapat menempuh jalan yang lurus.
Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran
menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah SAW,
"Akan keluar suatu kaum akhir jaman,
orang-orang muda berfaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan
"Khairil Bariyah"(maksudnya: mengucapkan firman-firman Tuhan yang
dibawa oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka
keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau
orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka." (Hadits Sahih riwayat
Imam Bukhari).
Dari Ibnu 'Abbas r.a. berkata Rasulullah SAW. pernah bersabda,
"Sesungguhnya di masa kemudian aku akan
ada peperangan di antara orang-orang yang beriman." Seorang sahabat
bertanya: "Mengapa kita (orang-orang yang beriman) memerangi orang yang
beriman, yang mereka itu sama berkata: 'Kami telah beriman'." Rasulullah
SAW. bersabda: "Ya, karena mengada-adakan di dalam agama, apabila mereka
mengerjakan agama dengan pendapat fikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada
pendapat fikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan
larangan-Nya." (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita, bahwa di masa kemudian akan
ada peperangan (baik perang mulut, perang pemikiran maupun perang fisik) yang
terjadi di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini karena di antara ummat
ini sebagiannya ada yang mengadakan dan mengikuti bid'ah yang sebelumnya dalam
agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu
agama. Akan tetapi tidak semua perbedaan-perbedaan itu dilarang dalam agama.
Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yang bersifat cabang atau (furu'),
yaitu masalah- masalah fiqiyah yang rumit-rumit, dimana terjadi perbedaan
penafsiran di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yang dilarang adalah
perbedaan dalam hal pokok (ushul), yaitu perbedaan dalam memahami
masalah-masalah aqidah pada umumnya, serta pemahaman masalah hukum-hukum Islam
yang telah jelas, dan menjadi kesepakatan para ulama (jumhur ulama).
Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dengan mudah seperti contoh
yang kami berikan berikut ini: Secara umum perbedaan pendapat di dalam Islam
ada dua macam, yaitu:
- Perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan, yaitu perbedaan dalam hal ushul (masalah pokok, yaitu masalah aqidah).
- Perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan, yaitu perbedaan dalam hal furu' (masalah cabang, yaitu masalah fiqiyah).
1.1 Contoh Perbedaan Pendapat Yang Mengakibatkan Perpecahan
Misalnya keyakinan tentang AL-QUR'AN. Bahwa ajaran yang benar seperti
yang diberitakan dari Rasulullah SAW, juga yang dipahami oleh para sahabat,
ulama salaf dan yang mengikutinya, adalah bahwa Al-Qur'an itu kalamullah, dan
bukan makhluk. Jadi jika ada yang berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk,
maka itu adalah keyakinan yang menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR.
Bahwa jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa Muhammad SAW adalah penutup
para nabi dan rasul. Jika ada yang berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada
nabi lagi seperti misalnya golongan AHMADIYAH mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari
India adalah sebagai nabinya, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang dan jelas
golongan yang sesat.
Misalnya lagi, keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN.
Bahwa jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa orang kafir yang akan kekal
di dalam neraka adalah orang yang tidak meyakini (dengan hati, lisan,
perbuatan) akan LAA ILAAHAILLALOOH dan yang murtad keluar dari Islam.
Maka jika ada golongan yang mengatakan orang Islam lain, yang tidak bergabung
dalam jama'ahnya adalah kafir, seperti keyakinan jama'ah LDII dan yang
sejenisnya, maka itulah keyakinan yang menyimpang dan sesat.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SHALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan
yang benar adalah bahwa shalat lima
waktu hukumnya adalah wajib, setelah syareat ini disampaikan oleh Allah kepada
Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Jika ada aliran yang menyatakan
bahwa shalat lima waktu untuk saat ini tidak wajib, dengan berbagai alasan,
seperti aliran Al-ZAYTUN yang pesantrennya sangat megah di Indramayu itu, maka
aliran itu sudah pasti adalah aliran sesat. Dan masih banyak lagi contoh-contoh
yang lainnya.
1.2 Contoh Perbedaan Pendapat Yang Tidak Mengakibatkan
Perpecahan
Misalnya tentang masalah ADZAN DALAM KHUTBAH JUM'AT. Terjadi
perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam dimana pada saat mendirikan shalat
Jum'at ada yang adzannya hanya sekali ada yang dua kali. Ini adalah perbedaan
pendapat karena historis dan interpretasi yang berbeda. Maka dalam perbedaan
semacam ini , tidak bisa yang satu terhadap yang lainnya menyatakan aliran
sesat. Inilah yang dimaksud perbedaan pendapat yang tidak dilarang. Misalnya
lagi tentang masalah JUMLAH REKAAT DALAM SHALAT TARAWIH. Terjadi
perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam dimana pada saat mendirikan shalat
Tarawih ada yang 11 rekaat, ada yang 23 rekaat. Ini juga perbedaan pendapat
yang tidak mengakibatkan perpecahan. Jadi kelompok yang satu tidak bisa
menyatakan sesat terhadap kelompok yang lainnya. Dan masih banyak lagi
contoh-contoh yang lainnya.
Inilah, salah satu contoh sederhana yang kami terangkan yang mungkin dapat
memudahkan memahami perbedaan pendapat di dalam Islam. Dalam hal perbedaan
pendapat yang terakhir kami sebutkan, yaitu perbedaan pendapat dalam hal furu'
(cabang), maka salah satu pihak tidak dibenarkan mengklaim bahwa hanya
pendapatnya sendirilah yang benar dan yang lain dianggap salah atau menyatakan
sesat kepada pihak lain yang berbeda pemahaman, terlebih lagi menuduh pendapat
lain sebagai kafir. Sedangkan pada perbedaan pendapat pada hal yang ushul
(pokok), maka dibenarkan untuk menyatakan bahwa pendapat dari firqah yang lain
yang bertentangan dengan kalangan Ahli Sunnah wal Jama'ah adalah pendapat yang
menyesatkan dan bahkan dapat menjurus kepada kafir.
Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang yang mencari
arah Ka'bah. Bila empat orang shalat dan setiap orang menghadap ke suatu arah
yang ia yakini sebagai arah kiblat, maka shalat keempat orang itu sah dan
benar. Sedangkan yang shalat menghadap Ka'bah dengan tepat hanya satu dan
dialah yang mendapatkan dua pahala. (Demikian, pernah dituturkan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah).
Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yang benar, beragama
dengan aqidah yang lurus diibaratkan sebagai orang yang mencari Ka'bah di
hamparan bumi yang datar. Keempat orang yang shalat dengan menghadap kepada
arahnya masing-masing, meyakini arahnya benar menuju Ka'bah, maka yang jalannya
menuju kearah yang benar hanya satu, dialah yang akan menemukan Ka'bahnya.
Sedangkan yang lainnya masing-masing yang satu berlawanan dan yang dua
menyimpang, maka mereka tidak akan menemukannya.
Demikian halnya dengan aliran pemahaman yang telah benar-benar jauh
menyimpang dalam hal-hal prinsip; berdasarkan kesepakatan di kalangan Ahli
Sunnah wal Jama'ah, maka ini termasuk kedalam golongan atau firqah sempalan.
Aliran sempalan tersebut sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru
dunia, dari Timur sampai ke Barat, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dapat
dilihat dalam banyak kelompok/aliran, seperti: Ahmadiah dari India, Jamus
(Jama'ah Muslimin) dari Cilengsi Bogor, LK (Lembaga Karasulan), Isa
Bugis, Syi'ah, kemudian LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia)
dan masih banyak lagi aliran-aliran yang menyimpang. Di dalam aliran kelompok
sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yang menyimpang karena
mereka memahami agama dengan sekehendak para pimpinan atau para
pendiri-pendirinya, dengan cara mengambil dalil-dalil yang sesuai dan diartikan
sekehendak mereka. Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan diantara mereka terdapat aliran yang
mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki
cara atau teknik yang dapat menjaring orang-orang awam dan dengan rapi dapat
pula membungkamnya melalui dogma-dogma yang diajarkannya.
Maka telah kita ketahui bersama, datangnya jaman penuh dengan fitnah, yaitu
merajalelanya aliran-aliran sempalan yang merupakan firqah baru dalam jama'ah
kaum muslimin. Oleh karena itu kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada
kaum Muslimin sekalian, tetaplah berpegang teguh dengan keimanan dan prinsip
aqidah yang lurus dan benar mengikuti jejak ulama yang lurus sesuai pemahaman
generasi slafus solih yang mengikuti sunnah Rasul dan menetapi kewajiban
bertakwa kepada Allah SWT.
Lantas bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim, yang
mengaku mengikuti sunnah Rasulullah SAW?
Firman Allah SWT,
"...dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain)." (Q. S. Al-An'aam: 153).
Seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, Abu Al-Hajjaj Mujahid bin Jabar
Al-Makki, berkata, "Jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah
tersebut adalah jalan-jalan bid'ah dan syubhat."
Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata: Rasulullah SAW. pernah bersabda,
"Saya berpesan kepada kamu sekalian,
hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh, sekalipun
kepada bangsa Habsy, karena sesungguhnya orang yang hidup antara kamu sekalian
di kemudian aku, maka akan melihat perselisihan yang banyak; maka dari itu
hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khulafah yang
menetapi petunjuk yang benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu
gigitlah dengan geraham-geraham gigi, dan kamu jauhilah akan perkara-perkara
yang baru diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang baru diadakan
itu bid'ah, dan semua bid'ah itu sesat."(Hadits riwayat Ahmad)
Allah SWT berfirman,
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian." (Q. S. An-Nisaa': 59)
Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada seorang nabi pun yang diutus
Allah kepada suatu ummat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat
orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan Sunnahnya
dan menaati perintahnya. (Dalam riwayat lain dikatakan, "Mereka mengikuti
petunjuknya dan menjalankan Sunnahnya.") "Kemudian setelah terjadi
kebusukan, dimana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan
mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Maka orang-orang yang memerangi
mereka dengan lidahnya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Demikian
juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk
orang yang beriman. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun."
(HR. Imam Muslim)
Nabi SAW telah bersabda,
"Apabila kamu melihat orang-orang yang
ragu dalam agamanya dan ahli bid'ah sesudah aku (Rasulullah SAW) tiada, maka
tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan
tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak
(citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah
mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan
derajat kamu di akhirat." (HR. Ath- Thahawi)
Kita telah diajarkan untuk tidak berlemah lembut kepada kelompok aliran yang
menyimpang dan menyesatkan, dan jika ingin mencari keutamaan, maka berdakwahlah
dengan menjelaskan penyimpangan ajarnnya agar orang-orang mengetahuinya.
Sesungguhnya setiap muslim memang harus memprioritaskan husnudhan (prasangka
baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam mensifati orang lain harus adil.
Tetapi tidaklah semua keadaan disikapi demikian, ada keadaan perkecualian,
sebagai contohnya adalah seperti kisah sbb:
"Dikatakan kepada Nabi SAW: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya fulanah menegakkan shalat lail, berpuasa di siang
harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan
lisannya." Bersabda Rasulullah SAW: "Tidak ada kebaikan padanya, dia
termasuk ahli neraka." Berkata (perawi): "Sedangkan fulanah (yang
lain) melakukan shalat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia
tidak menyakiti seseorang pun." Maka bersabda Rasulullah SAW: "Dia
termasuk ahli surga." (Silsilah Hadits As-Shahihah, no. 190).
Dalam hal ini kata-kata Nabi "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk
ahli neraka", padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin
mengerjakan syareat. Kemudian pernyataan Nabi SAW terhadap perbuatan orang yang
kedua yang hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Kemudian,
Allah SWT juga mengisahkan Abu Lahab dan isterinya dengan lima ayat dalam
Al-Qur'an, yang isinya kejelekan semuanya, padahal keduanya (sedikit atau
banyak) juga mempunyai kebaikan, bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yang dihormati
dan disegani di kalangan Quraisy.
Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan, ada
perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan
menjadi dua keadaan, yaitu:
- DALAM RANGKA NASEHAT DAN PERINGATAN UMMAT Pada keadaan ini, tidak ada keharusan untuk menyebutkan kebaikan, ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan. Bahkan cukup menyebutkan keburukannya saja. Misalnya membicarakan Ahli bid'ah, seperti LDII, yang mengada-adakan syareat dengan mengharuskan setiap orang harus berbai'at kepada imam jama'ah LDII, jika tidak maka kafir. Dan masih banyak penyimpangan syareat lainya.
- DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU Dalam keadaan ini, menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan, selama tidak menimbulkan madlarat. Misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadits. Adapun mengenai perincian ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) yang diperbolehkan, Imam Nawawi dalam kitab dan juz yang sama hal. 142-143 mengatakan: "Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan karena enam sebab." Diantaranya dua telah disebutkan di atas.
Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yang menjaga Al-Qur'an (agama ini)
sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yang
beriman yang teguh di dalam mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW telah menjamin akan adanya segolongan umat yang tetap atas
kebenaran hingga hari kiyamat. Rasulullah SAW telah bersabda,
"Akan ada segolongan dari umatku yang
tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran
itu." (HR. Imam Bukhari) "Akan tetapi ada dari kalangan umatku
sekelompok orang yang terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran,
sehingga orang yang ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudharat bagi
mereka sampai datang putusan Allah (hari kiamat)." (HR. Imam Muslim)
Ummat tersebut adalah ummat yang telah disebut di atas sebagai satu golongan
yang masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW yang akan selamat yaitu Ahli
Sunnah wal Jama'ah.
Kepada Saudara sekalian yang masih merasa bingung dan ragu karena telah
mengikuti pengajian suatu aliran, dan kemudian diajak untuk menjadi anggota,
hendaknya jangan langsung menerima sebelum meminta pendapat dari orang-orang
alim yang lurus atau kepada pihak lain yang dapat dimintai pendapatnya dengan
benar dan obyektif.
Lebih utama dari semua itu adalah memohon petunjuk jalan yang lurus kepada
Allah SWT Yang Maha Memberi petunjuk. Tiada yang dapat menyesatkan siapa yang
Allah tunjuki jalan yang lurus. Dan tiada yang dapat menunjukan jalan yang
lurus, siapa yang Allah sesatkan. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan
dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yang ditunjukan dan menempuh jalan
yang lurus dengan taufik dan hidayah-Nya, amin.
